Karena semua apa dan siapa, dicipta bukan tanpa makna.

Wednesday, December 28, 2011

(m)entah

Selalu ada bagian kisah yang tak terejawantah.
Selamat menadah,
selamat menerjemah,
semangat meng(g)ubah!

gambar diambil dari sini

Monday, December 19, 2011

Membiar Membuyar

detak,

harap,

ucap,

cekap,

tindak,

tolak,


serak.


gambar diambil dari sini

Malam

Seperti malam yang telah lalu,
setumpuk rindu masih bermalu.


Tak beda malam kemarin lusa,
segurat asa terbiar menyisa.


Serupa malam menuntut waktu,
cintaku muram, polah tak tentu.


Friday, December 2, 2011

se(m)bab

putus asa tak sekedar tersebab harap yang meniada,
tapi juga semangat...
...yang mungkin tengah cedera.


gambar diambil dari sini

Tuesday, November 15, 2011

Dialog Hujan (versi : video)



Setelah beberapa malam mengutak-atik dan beberapa kali ada perubahan ide, akhirnya selesai juga aku membuat video Dialog Hujan. Sebuah bentuk lain penyampaian ide dari salah satu tulisanku.


Tak berbeda jauh dengan versi tulisan, dalam video ini juga aku masih mencoba menceritakan tentang Aku, Kamu, dan Penantian. Di bagian akhir aku tambah satu lagi visualisasi chatting antara 'Aku' dan 'Kamu'. Mungkin itu adalah jawaban atas sebuah penantian.


Mungkin hasilnya masih belum maksimal, terutama untuk suara narator memang belum begitu jelas dan intonasinya juga kurang pas. Untuk transisi gambar di beberapa bagian juga masih kurang halus.


Video bisa juga langsung dilihat di sini

Selamat menyaksikan. Meski misalpun sedikit, semoga dapat memberi makna dan sangat diharapkan masukannya.

Monday, November 7, 2011

Dialog Hujan (Bagian : Hujan Bulan Juni)

Akhir pekan ini aku menyengaja melanjutkan bagian-bagian lain dari (semacam) visualisasi Dialog Hujan. Video chat ini diiringi dengan musikalisasi Hujan Bulan Juni - Sapadi Djoko Damono, tapi hanya aku ambil bait pertama karena pertimbangan durasi agar tidak terlalu lama.
Selamat memaknai, maaf jika kualitasnya masih biasa-biasa saja.





Monday, October 31, 2011

merindu

mungkin dengan merindu
aku bisa terbayang senyummu
mungkin dengan merindu
aku bisa terngiang suaramu
tapi,
takkan mungkin (hanya) dengan merindu
aku bisa memilikimu

kita?

karena tuk menjadi kita
tak selalu perlu aku
bisa jadi cukup dia
dengan kamu
gambar diambil dari sini

Wednesday, October 26, 2011

Dialog Hujan (Opening)



Setelah 'iseng' bikin video bagian akhir dari Dialog Hujan, tadi malam nyoba bikin video untuk bagian pembuka, bagian chatting antara 'Aku' dan 'Kamu'.

Awalnya kebingungan juga untuk membuatnya, terutama untuk menampilkan animasi typing saat chat. Setelah dapat saran dari beberapa teman, akhirnya untuk efek typing aku pakai fasilitas di salah satu situs text generator  yang langsung membuatkan efek typing dari tulisan yang kita masukkan dengan hasil format .gif. Karena gerakannya agak lambat, aku pakai Adobe Premiere CS5.5 untuk menambah kecepatan motion-nya.

Untuk pembuatan video-nya masih tetap pake Adobe After Effect seperti saat pembuatan video sebelumnya, tapi sekarang pakai Adobe After Effect CS5.5.

Sepertinya ada cara bikin animasi chatting yang lebih simple, tapi aku belum tahu.

Terimakasih buat Mas Tommy, Om Ahmed, dan teman-teman lain atas sarannya.
 
Video ini menggunakan format VCD .mpeg. Masih bisa terbaca jika ditampilkan full screen, cuma agak blur.

Tuesday, October 25, 2011

baca-tulis

aku tahu
kau tak hanya lihai membaca tulisanku
karena itu
aku berhati-hati
menulis namamu
dalam hati


gambar diambil dari sini

Thursday, October 20, 2011

Dialog Hujan (Teaser)


Sebagai penyaluran ide, penyaluran rasa iseng, penyaluran apa yang pekan lalu sempat diajarkan pada diklat desain multimedia (padahal di kelas aja beberapa kali kedapetan lagi tidur), ehm, juga.... yap, sebagai penyaluran kegalauan, akhirnya kemarin ngutak-atik bikin video ini. Video singkat dari potongan bagian akhir dari Dialog Hujan. Walau cuma berdurasi 40 detik, tapi karena masih terbatasnya kemampuan mengutak-atik video, maka cukup lama juga waktu yang ku habiskan untuk membuatnya.

Rencananya pengen mencoba (semacam) memvisualisasikan isi dari Dialog Hujan dari awal sampai akhir. Moga aja bisa selesai dan gak keburu malas.

Tuesday, October 11, 2011

(ha)dia(h)

saat hari kelahiranku, begitu banyak pemberi ucapan.
begitu banyak doa dihaturkan.


orang tuaku, meneloponku di waktu malam.
pengucap pertama, sungguh membahagiakan.


pagi, siang, sore kemudian, ucapan dan doa lain berdatangan.
dari saudara, sahabat, atau sekedar kenalan.


dan darimu,
apa yang ku harapkan?
hmm,
mungkin keterlaluan
tapi bagiku
sebuah penantian
darimu
itu hadiah spesial.

gambar diambil dari sini

n.b.
Sebenarnya tulisan ini sudah 'telat' jika dilihat dari kapan hari kelahiranku (21 September) atau penggunaan tema #15harimenulisdiblog -yaitu #hadiah- yang seharusnya di-posting hari #10 (9 Oktober 2011).
Tapi bagiku, tak ada kata terlambat untuk menyampaikan sebuah pesan, dan semoga aku tak terlambat dalam memaknai sebuah penantian.

BOSAN 2

Kita lihat,
siapa yang lebih dahulu bosan.
Kau yang diingatkan,
atau
Dia yang mengingatkan.

gambar diambil dari sini

Mantan?



Malam ini bayangannya begitu ampuh menerjang. Pikiranku dijajah habis-habisan. Kepongahanku tiga bulan meninggalkannya runtuh sekarang. Aku tak mampu melawan.

***

"Mau kemana?" tanyanya cemas.
Aku berhenti sejenak, menatapnya sesaat sebelum beranjak. Setidaknya sore ini aku masih berbaik hati, memberi kesempatan padanya untuk melihatku yang mungkin terakhir kali.

Keputusanku kali ini sudah bulat. Apa yang dia lakukan sudah kelewat. Tak ada maaf. Aku bukan anak kecil yang tak tahu apa yang harus kupilih. Sudah terlalu banyak kebebasanku ia ambil-alih.

Dengan bekal seadanya ku tinggalkan kota yang menorehkan banyak kenangan. Aku perlu memulai semuanya dari awal. Takkan ada lagi  kudengar ocehan atas nama perhatian. Takkan ada lagi perempuan yang mengekang masa depan.

"Kau sadar apa yang telah kau lakukan?" seorang sahabat tempat kuijin menginap terperanjak.
"Tentu saja." jawabku singkat.
"Tapi keputusanmu terlalu berlebihan. Bagaimanapun dia...."
"Ah, sudahlah, biarkan aku istirahat. Perjalanan 11 jam cukup membuatku penat." ucapku sebelum ku rebahkan tubuhku. Mulai kali ini perempuan itu kuanggap bukan siapa-siapaku.
"Sepertinya kau terlalu emosional. Aku rasa keputusanmu tak penuh pertimbangan." dia tak peduli bahwa mataku sudah mulai terpejam.
"Lihat saja. sampai kapan kau akan bertahan." lanjutnya meski tak terlalu ku hiraukan.

***

Kuambil hape yang tergeletak di meja pojok kamar. Kucari namanya di phonebook, tak ditemukan. Sial! Aku sudah menghapus apapun tentangnya. Dan parahnya, aku pun tak sempat menghafalnya.

Aku semakin limbung dengan keadaan. Wajah, sikap, tutur-kata, dan segala tentangnya seperti menyeruak untuk terus diingat. Otakku terus-menerus memaksa, tapi aku tak ada daya. Akun jejaring sosial pun tak ia punya. Sementara jarak, terlalu jauh untuk membuatku mampu segera menempuh. Aku semakin kebingungan.

Malam ini, penyesalan mendadak datang. Aku mulai merengek seperti anak kecil kehilangan mainan. Keputusanku saat itu memang diluar kendali. Mungkin karena keadaan sedang sangat tak berbaik hati. Banyak sekali rencanaku hancur dan acak-acakan. Dan kurasa dialah biang. Kekangan, kecemasan, ke-tak-setujuan, dan semua yang dia lakukan membuat langkahku tak begitu berjalan. Aku kalap dan tak terkendalikan. Seperti menjadi pelampiasan atas segala kegagalan. Kesalahan-kesalahan kecil sekian tahun pun teringat dan akhirnya kata itu terucap.
"Mulai saat ini, saya bukan siapa-siapa anda!"
Ya, entah dasar apa, sore itu aku bertingkah laiknya seorang anak paling berdosa. Bahkan firman Tuhan pun seperti terlupa. Dan ternyata kali ini aku tersadar, sampai kapanpun, aku tak bisa mengingkari. Ibu, tetaplah ibu sampai kapanpun itu.



gambar diambil dari sini dan sini

Sunday, October 9, 2011

liku-laku

bahkan yang tertulispun
tak mampu terjemah semua laku
-------------
tak peduli
dia,
kamu,
aku
-------------
atau
memang dirancang seperti itu?
-------------
agar sebuah labirin
tetaplah penuh liku


gambar diambil dari sini

Friday, October 7, 2011

Lu(b)ang di Hati

seperti ada lu(b)ang di hati.
mungkin ada yang beranjak pergi,
atau
sebuah bilik terbentuk rapi,
siap diisi namun tak jua tertemui.

gambar diambil dari sini

Thursday, October 6, 2011

(pen)dadar(an)


Lagi-lagi rasanya tak seperti yang ku inginkan. Terlalu hambar. Aku menatap matanya, berusaha tersenyum, kaku, dia segera membalas, lalu membisu. Sudah sekian kali adegan tersebut berulang, pada beberapa perempuan, dan berakhir sama, kekecewaan. Rasanya memang begitu sulit mendapatkan perempuan pilihan. Pembuat telur dadar 'spesial'.

***

Aku sudah terbiasa menikmati sarapan dengan sepiring nasi putih dan sepotong telur dadar. Selalu buatan bunda, sudah 23 tahun lamanya. Sesekali diselingi lauk lain, biar tak bosan. Tapi, tetap saja telur dadar bunda yang jadi jagoan.

Bagi orang lain bisa saja telur dadar itu biasa, bahkan ada yang tak suka. Tapi bagiku, telur dadar spesial buatan bunda yang paling enak dan aku suka. Sejak umur 3 tahun aku sudah terbiasa dengan rasanya. maka pantas saja jika aku menganggap rasanya paling istimewa. Bagi anak dimanapun, masakan bunda memang masakan idola.

Racikan telur dadar bunda seperti telur dadar lainnya. Dengan irisan daun bawang, wortel, sedikit cabai, dan bumbu seperi biasa, hampir tak ada beda. Hanya saja, bunda sangat anti dengan yang namanya penyedap rasa.

Setahun lalu, bunda telah tiada. Aku si anak tunggal yang tinggal berdua dengannya, tentu sangat kehilangan, termasuk kehilangan sarapan telur dadar andalan. Sekian bulan kuberangkat kerja tanpa didahului dengan sarapan kesukaan.

"Perempuan pendampingku nanti harus bisa membuat telur dadar yang aku suka." Suatu hari aku berjanji dalam hati.
"Tak harus seenak buatan bunda, cukup mendekati saja tak apa, tapi syaratnya sama, tanpa penyedap rasa."

***

Aku gagal menjalin hubungan berulang kali. Ada yang bertahan 1-2 bulan, sekian minggu, atau bahkan dalam hitungan hari. Awalnya aku terlalu frontal, segera meminta kekasihku untuk membuat sarapan telur dadar. Itu dilakukan saat aku berkunjung ke rumahnya sebelum kami berangkat bekerja. Beraneka rupa reaksi. Ada yang cukup bisa dan rasanya cukup enak, tapi ada pula yang kesulitan karena memang tak terbiasa memasak. Bahkan ada yang langsung meminta putus keesokan hari. Dari semua itu tetap tak ada yang mendekati rasa yang ku inginkan. Sebagian enak dirasakan, tapi berbeda dengan definisi enak yang ku harapkan. Dan akhirnya hubungan kami tak dilanjutkan. Bisa aku yang memutuskan, atau mereka yang merasa tak tahan dengan tingkah 'aneh'ku, meminta telur dadar.

***

"Dia berbeda." aku membatin. Masih ada sejumput ragu, tapi kucoba yakin. Ada rasa entah apa yang mendorongku untuk percaya, dia pasti bisa.

Aku sudah duduk menanti dia kelar. Dia tersenyum manis, membawa sepiring telur dadar. "Hmm, aromanya menggoda." aku berkata dalam hati.
Sepiring nasi putih dan telur dadar sudah disiapkan. Kupotong sedikit di ujung, ku cicipi kemudian. Hening sejenak.
"Sayang." Aku menatap matanya. "Telur dadar bikinanmu enak.", ucapku tanpa perlu berpura-pura.
"Jujur, ini pertama kalinya aku suka makan telur dadar selain buatan bunda.", aku menambahkan.
Dia tersenyum manis, tanpa sepatah tanggapan.
"Kalau begini, tiap hari pun aku siap menikmati sepiring nasi dan telur dadar buatanmu." kelakarku memancing tawa.
Masih belum ada tanggapan, terdiam seperti sebelumnya.
"Sayang." lagi ku ucapkan. "Pagi ini kamu membuat aku yakin bahwa kamu perempuan pilihan. Kamu yang aku harapkan."
Sunyi.
Masih terdiam.
"Ehm, kata-kataku ada yang salah?" mendadak aku tak enak.
Dia masih tersenyum manis tak berkesudahan. Kali ini dilanjutkan dengan menatapku, dalam.
"Makasih, sayang.", akhirnya katanya keluar. "Ucapmu barusan bagi perempuan lain mungkin begitu membahagiakan. Tapi, pagi ini, kamu membuat aku semakin yakin bahwa kamu bukan lelaki yang ku harapkan. Sebenarnya bukan kali ini aku merasakan, sejak beberapa hari kita menjalin hubungan mulai kurasa demikian, dan sepertinya memang hubungan ini tak akan baik jika dilanjutkan."
Dia hendak melangkah pergi. Sesaat aku masih tercengang, seperti tak yakin dengan apa yang dia ucapkan.
"Kenapa sayang? Oh, atau kamu gak suka telur dadar?"
Langkahnya dihentikan, dia menolehku lalu mendekat, mengambil dua potong telur dadar lalu menyantap, tersenyum, tanpa ada raut muak.
"Sayang......" Kataku tak berkelanjutan. Dia sudah terlanjur keluar

***

Seharian aku masih tak mengerti atas apa yang dia lakukan. Menurutku selama tiga bulan hubungan kami ini, tak ada sebuah permasalahan pun yang datang. Bahkan aku merasa kami sudah begitu nyaman. Selain bercerita tentang telur dadar, aku sudah bercerita begitu banyak hal. Masa laluku, masa kini, juga rencanaku masa depan. Dan dia tetap tersenyum mendengarkan.

Kuputar otakku, kucoba menyimpulkan, tak terpecahkan. Berkali ku hubungi handphone-nya, tak ada jawaban.
"Oh ya." Aku tersenyum, seolah menemukan jalan keluar. "Sekarang kuajak saja dia makan malam di tempat kesukaannya dan kuminta maaf jika ada hal-hal yang tak dia suka."
Segera kuberdiri, bersiap dan langsung bergegas akan pergi.
"Eh." tiba-tiba langkahku tertahan.
"Makanan kesukaannya apa ya?"


gambar diambil dari sini dan sini

Tuesday, October 4, 2011

Di(a )mana?


"Dimana?"
"Dimana?!"
"Dia mana?!"
Kamu berteriak kencang seolah khawatir tak ada seorangpun yang akan mendengar. Sudah berulangkali kucoba tenangkan, tapi gagal, kamu makin berpolah liar.

***

"Tuhan hilang." katamu seminggu lalu.
Aku terhenyak, kaget mendengar apa yang kauucap.
"Aku yakin, Tuhan telah hilang." Kamu kembali berujar, seperti mampu membaca mimikku yang masih tercengang.
"Bodoh kalau selama ini orang menganggap Tuhan ada dan begitu dekat. Mana? Di saat hamba-Nya begitu membutuhkan, Dia malah hilang dan tak menunjukkan sedikitpun kemahapengasih dan kemahapenyayangan."
Aku mulai yakin bahwa aku tak lagi salah mendengar. Kata-kata itu benar kamu ucapkan.
Perlahan dan penuh kehati-hatian kucoba tuk menenangkan. Aku tahu, kondisimu saat ini memang sangat 'mendukung' untuk terus memarahi Tuhan. Dia seperti tak bosan-bosan memberimu ujian, seolah tak ada hamba lain yang dapat Dia beri cobaan. Setelah calon istrimu secara sepihak membatalkan pertunangan dan merusak rencana pernikahan 2 bulan depan, rekan kerjamu tanpa rasa berdosa mencurangi kontrak perjanjian dan membuat usahamu gulung-tikar. Belum cukup demikian. Kedua orang tuamu yang sedang begitu senang karena adik satu-satumu lulus kuliah di kota seberang, saat dalam perjalanan usai wisuda, mobil mereka tertabrak dan tak seorang nyawapun terselamatkan, tentu saja ada adikmu dan kedua orang tuamu disana.

***
"Sabar, kawan. Semua pasti ada hikmahnya. Bukankah Tuhan sudah berfirman bahwa bersama kesulitan ada kemudahan?"
Seorang kawanmu coba menenangkan. Kamu menatapnya sebentar lalu kembali melanjutkan 'kegilaan'. Berlari kesana-kemari sambil terus memaki. Kawan lain dan sanak-familimu pun telah mencoba, tapi tetap tak berdampak apa. Kali ini kamu memang sangat 'bebal', tidak ada kata satupun yang mampu melunakkan.

***
Empat puluh hari sudah setelah kematian orang tua dan adikmu. Sanak famili dan kawan-kawanmu mulai ijin untuk beraktifitas kembali. Rumahmu mulai sepi. Dan aku, masih mencoba menemani meski pekerjaan telah menanti.

Aku kembali mengajakmu bicara. Barangkali kali ini emosimu sudah lebih terjaga. Kata lembut kukatakan, tak berhasil, sedikit nada tinggi mulai keluar, tetap nihil. Kamu masih terhanyut dalam emosimu.
"Terserah kalau kamu mau terus-terusan seperti itu. Aku sudah bosan!" Entah kenapa aku mulai tak sabar. Sungguh sebenarnya aku sebagai sahabat karibmu tak tega berkata kasar, tapi menurutku kali ini kamu sudah keterlaluan.
"Aku sudah menyerah untuk terus mengingatkanmu atas sumpah-serapahmu. Terserah kamu akan terus menyalahkan Tuhan. Terserah kamu anggap Dia telah hilang. Terserah. Memang kali ini Tuhan telah begitu banyak memberimu berbagai cobaan. Tapi seharusnya kamu bisa lihat, telah begitu banyak anugerah Tuhan yang telah Dia berikan selain cobaan yang Dia berikan. Dan di depan, tak menutup kemungkinan keberkahan akan terus Dia berikan."
"Kamu ngomong gitu karena kamu tak merasakan. Coba kalau kamu..."
"TERSERAH!" Aku pergi begitu saja memotong kata-katanya. Kata-katanya masih banyak yang menanti diucap, tapi seketika berhenti mendadak.

***

Hari ini kamu begitu tenang, diam. Tak ada lagi umpatan. Tubuhmu terbujur kaku dalam balutan kain kafan. Setelah kepergianku, kamu masih berdiam diri di rumah itu sendirian, terus meratapi semua kejadian. Mungkin sekian hari itu kamu tak sedikitpun makan, tubuhmu melemah, ditambah pikiranmu yang sedang carut-marut parah, akhirnya kau kalah, menyerah.

Setelah kamu menganggap Tuhan hilang, kini kamupun hilang, pergi melanjutkan tahap kehidupan. Tak tahu kemana. Mungkin sekarang kamu sedang berkunjung ke Tuhan. Mungkin kali ini kamu sedang bercengkerama dengan Tuhan. Mungkin saat ini Dia sedang memberi jawaban atas semua pertanyaan. Mungkin detik ini kamu tahu bahwa Dia tidak hilang . Yah, mungkin begitu, kawan.



gambar diambil dari sini dan sini

Saturday, October 1, 2011

bahagia

bahkan hal sepele pun bisa begitu membahagiakan...
...jika kamu yang melakukan.


bahagia itu sederhana,
kamu itu istimewa.

gambar diambil dari sini

aku ma(l)u kau tahu



Terlalu banyak jika harus kuhitung berapa malam minggu ku habiskan sendirian di kamar. Melelahkan tentunya, baik saat menghitung jumlahnya ataupun saat merangkum seluruh rasa yang terlunta. Seringkali aku pergi entah kemana dengan teman yang bernasib sama. Ada suatu kelegaan dan sebuah kenyamanan jika demikian. Setidaknya, aku tak jomblo sendirian. Atau kalaupun tak, kupilih membuka laptop atau membaca buku-buku yang tersusun rapi di rak. Cukup mendamaikan, sebagai sebuah pengalihan kegalauan.
"Tingtung." message notification terdengar. Kuraih hape ada sebuah SMS terpampang. Tentu saja bukan sebuah SMS sayang ku dapatkan, yang ada hanya sebuah SMS iklan. Menyebalkan.

***

Kuketik nama dan akunmu di kolom "Search" pada facebook dan twitter. Melihat, membaca, dan menyimak aktifitasmu cukup menyenangkan. Memberi komen, meng-klik tombol "Like" atau me-retweet kicauanmu dan berharap kau tahu itu sebuah potongan perhatian. Tapi sepertinya tak akan terlihat beda. Sudah beberapa temanmu melakukan hal yang sama, pada status terbarumu, beberapa jam lalu, status tentang kegiatan pengisi akhir pekan dan status tentang hapemu yang masih dalam perbaikan.

Aku alihkan perhatian ke twitter-mu, berharap ada kicauan yang bisa ku-retweet sekarang. Kubaca beberapa, hanya ada beberapa mention dan obrolan dengan temanmu yang tak kutahu siapa dan sedang membahas apa, itupun sudah 2 hari lalu. "Hufh." aku mendengus kesal.

***

"Begitu banyak yang bisa kau lakukan, tapi kau buat dirimu terkungkung dalam keraguan. Membuat kau terus terbawa arus kegalauan." Mulai terjadi percakapan dalam pikiran. Ya, saat galau memang seringkali ku demikian.
"Tapi aku ragu. Aku malu." Satu sisiku mencari pembelaan.
"Sudah terlalu lama kau terus membisu hanya karena ragu. Sudah terlalu lama kau tahan rindu hanya karena malu. Sudah keterlaluan! Kau tetap ingin begitu? Memalukan!" Sisi yang lain mulai kesal.
"Tapi kan..." Kucoba lagi menyangkal.
"Bagaimana kau bisa tahu perasaannya sementara kau tak pernah menanyakannya. Bagaimana dia tahu kau perhatian sementara sedikitpun tak pernah kau tunjukkan? Bagaimana?!"
Hening. Tak ada lagi "obrolan". Sepertinya aku memang sudah terlalu lama diam. Sudah terlalu banyak rasa tak diperjuangkan.

***

Kubuka lagi facebook-mu menatap lagi layar meski entah kemana pikiran. Jariku menekan tombol "f5" pada keyboard, memuat ulang.
Sebuah status baru nampak, permintaan bantuan yang tersamarkan dan tak banyak penjelasan. Aku tak tahu apa yang sedang kaurasa, ada galau disana meski tak langsung kau kata.
"Aku harus menghubunginya sekarang, tak cukup jika kutanya dalam komen meski panjang."
Kucari namamu di phonebook hape, ketemu, kutekan tombol "Call", tapi langsung ku urungkan.
Ragu, lagi-lagi ia mengganggu. Sekian puluh detik ku habiskan untuk meyakinkan. Lakukan atau biarkan.
Ah, terlalu lama, biarlah apa nanti tanggapannya, biarlah nanti terbata-bata berkata, yang penting malam ini aku harus berani mengatakan dan memberi bantuan yang ia butuhkan.
Menekan tombol "Call" telah ku lakukan. Kutunggu beberapa saat menunggu kau mengangkat.
"Deg." Nafasku tertahan saat sebuah suara mulai terdengar.
"Maaf, nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau di luar jangkauan."
Sial! Sumpah serapah ku ucapkan. Hapenya kan masih dalam perbaikan!
 

gambar diambil dari sini

Tuesday, September 27, 2011

bla bla bla

karena manusia mudah bosan,
alangkah baiknya nasehat tak perlu diucap terus-terusan,
apalagi jika tanpa teladan.

gambar diambil dari sini

kata cinta

jika kata mampu menerjemah semuanya,
mungkin cinta tak semendebar yang aku rasa.


gambar diambil dari sini

berat rindu / rindu berat

beruntung rindu tak bersatuan ons, kilogram, atau kuintal.
kalau saja demikian, sudah barangpasti ku kepayahan
menopang setumpuk rindu yang tak tersampaikan.


gambar diambil dari sini

Saturday, September 24, 2011

se(nyum)mu

beri aku senyummu
agar kutahu
asaku tak semu.


gambar diambil dari sini

dingin


sedari tadi kedinginan
entah benar tubuh merasakan
atau sekedar hati yang demikian.

gambar diambil dari sini dan sini

Thursday, September 22, 2011

hai.


serupa formalitas belaka,
senyum, sapa, sudah,
tak ada lanjut kata, peka, makna.


gambar diambil dari sini dan sini

Saturday, September 17, 2011

keraguan


sedangkan Rasul pun perintahkan tuk tinggalkan keraguan,
tapi tetap saja ku jadikan ia sebagai sebuah pilihan.


gambar diambil dari sini dan sini

...ta(k)

memayakanmu, memayahkanku.
ingin nyata, ingin berkata, tapi terbata, tak tertata.
ah, cinta.






gambar diambil dari sini

Tuesday, September 13, 2011

seben(t)arnya sabar


bukan sebenarnya sabar
jika sekedar diam
tanpa tindakan


gambar diambil dari sini dan sini

Wednesday, September 7, 2011

kamu <- aku -> kita

ada rindu...tentang kamu
ada asa...tentang kita




gambar diambil dari sini

Kadaluarsa

Jika makanan dalam kemasan saja memiliki tanggal kadaluarsa, apakah penantian tak berhak memilikinya?


gambar diambil dari sini

kamu(?)

aku
    suka(,)
     kamu(?)
gambar diambil dari sini

Wednesday, August 24, 2011

24 Ramadhan 1432 H

karena
perjumpaan
adalah
isyarat awal
sebuah perpisahan,
maka selayaknya
kita hargai
setiap momen kebersamaan.


gambar diambil dari sini

Wednesday, August 17, 2011

P R O K L A H A T I

Hari ini tepat 66 tahun Indonesia merdeka. Cukup spesial karena berada di bulan Ramadhan dengan tanggal yang sama juga, 17. Dulu saat kemerdekaan Indonesia pun berada di bulan Ramadhan.
Seperti biasa, untuk memperingati hari kemerdekaan dilakukan upacara bendera di sekolah/instansi pemerintah. Untunglah (?) aku tidak termasuk mereka yang diberi tugas mengikuti upacara bendera, apalagi sedang puasa :D

Di dunia maya ada beberapa inisiatif yang dilakukan. Ada yang mengadakan upacara bendera digital, yang juga diselenggarakan pula oleh forum dunia maya Indonesia terluas (Kaskus) dengan mimin (Andrew Darwis) sebagai salah satu pembina upacaranya. KDRI (Kementerian Desain Republik Indonesia) berinisiatif membuat logo HUT RI ke-66 versi KDRI karena selama ini, dari HUT RI ke-60 hingga sekarang Pemerintah masih setia menggunakan model logo yang sama. Di jejaring sosial twitter, para tweeps pun ramai menggunakan hashtag #17an. Dari seratusan tweeps yang ku-follow, banyak juga dari mereka yang menggunakan hashtag tersebut. Macam-macam isinya, mulai dari yang serius atau bercandaan.

Membicarakan kemerdekaan, takkan lepas dari ingatan kita tentang teks proklamasi yang dibacakan oleh Ir. Soekarno didampingi Drs. Moh. Hatta pada tanggal 17 Agustus 1945 pukul 10.00 WIB di Jalan Pegangsaan Timur 56. Seperti yang telah kita ketahui, teks yang pada awalnya masih berbentuk tulisan tangan dengan beberapa coretan (naskah klad) -karena dibuat cukup mendadak dan itu pulalah yang menyebabkan ada semacam 'kontroversi'- ini berisi dua alinea singkat yang menyatakan bahwa negara Indonesia merdeka.

Dari teringat naskah PROKLAMASI itulah tiba-tiba muncul ide untuk membuat naskah PROKLAHATI. Dengan kemampuan bermain photoshop seadanya, aku coba membuat naskah proklahati yang kubuat (inginnya) setipe dengan naskah proklamasi otentik.

Naskah Otentik Proklamasi
Aku cukup bingung mencari tekstur kertas yang mirip dengan tekstur kertas naskah proklamasi otentik yang sudah lusuh. Sempat terpikir untuk menutupi dengan warna putih pada tulisan-tulisan yang ingin kuganti dari naskah proklamasi, lalu kutimpa dengan kata-kata untuk proklahati. Bisa juga, tapi akan sangat terlihat warna putih penutupnya -karena sebagian tekstur kertas lusuh pasti ikut tertutup- dan tipe huruf pun akan sulit disamakan dengan tipe huruf pada mesin ketik manual yang tebal-tipis tak merata. Akhirnya aku mencari tekstur kertas lusuh 'seadanya' dan kupilih tipe huruf Times New Roman. Setelah kuutak-atik beberapa saat dan sebentar memikirkan susunan dan ejaan kata-katanya -yang masih menggunakan ejaan van ophuijsen-, akhirnya jadi jugalah naskah proklahati.

Naskah Proklahati
Setelah jadi, aku baca lagi kata-katanya, norak dan terlalu maksa juga.Tapi tak apalah, yang penting sudah mencoba. Susunan kata sebagian besar memang kusamakan dengan naskah proklamasi, hanya ada sedikit perubahan. Untuk namaku, sempat terpikir untuk menyesuaikan ejaannya, sehingga menjadi Arif Moesafa, tapi kuputuskan untuk tak mengubah karena aku lebih senang penulisan nama asliku sesuai dengan akte kelahiran. Oh ya, pada tanggal memang sengaja kukosongkan. Kau tahu alasannya? Karena sampai saat inipun aku belum tahu kapan aku akan membacakan naskah proklahati tersebut.


 *pembuatan naskah proklahati tidak dimaksudkan untuk menghina/menjelekkan/dsb terhadap naskah proklamasi kemerdekaan RI.

Monday, August 15, 2011

Sahur



bagiku, sahur serupa membaca SMS selamat pagi darimu,
tak mesti ada,
tapi akan lebih menguatkan dengan adanya.

gambar diambil dari sini

Sunday, July 31, 2011

Mimpi Horror-Action


"Depopulation should be the highest priority of foreign policy towards the third world..." - Henry Kissinger

Beberapa waktu lalu aku cukup getol baca novel-novel tentang New World Order (NWO). Cukup membuat mataku terbelalak dan agak parno juga. Bundaran HI kalau dilihat dari atas berbentuk Mata Horus (all seeing eye) salah satu simbol Mesir kuno yang digunakan oleh illuminati sebagai lambang bahwa mereka dapat melihat dan mengontrol semua manusia di dunia. Makanan yang dijual di pasaran kebanyakan menggunakan MSG -dengan berbagai macam namanya- yang secara perlahan dapat menyebab kerusakan pada jaringan otak dan tubuh. Pemberitaan media dunia yang sudah melalui penyortiran dari entah-siapa sehingga tayangan-tayangan yang berdampak buruk bagi beberapa golongan akan ditutupi dan tayangan yang memojokkan Islam dsb akan dibesar-besarkan sementara untuk penindasannya (seperti yang terjadi di Palestina) akan diputar-balikkan. Film, serial TV, serta lirik & video klip lagu yang disisipi simbol-simbol masonic dan subliminal message dengan tujuan brain-washing sehingga saat tiba kemunculan Dajjal di muka bumi, manusia telah "siap" menjadi pengikutnya. dan lain sebagainya.

Ya, itu beberapa waktu lal, bukan akhir-akhir ini. Maka aku cukup heran ketika tadi malam aku bermimpi serupa kejadian menjelang akhir dunia yang menurutku mirip dengan salah satu agenda NWO. Mungkin itu hanya imajinasi dan sebagian adegan dalam mimpi yang masih kuingat agak lebay dan terpengaruh adegan di film-film. Adegan dalam mimpi jelas tak sama persis dengan apa yang akan kuceritakan. Tapi, sebisa mungkin kutulis dengan tidak mengubah esensi yang aku ingat.

Di salah satu adegan mimpiku, tampak keramaian anak-anak muda lagi asik kumpul-kumpul, ketawa-ketiwi gak jelas dengan pakaian khas anak muda jaman sekarang, makan, minum, dll. Tiba-tiba ada seseorang anak muda (sebut saja Maman) yang bilang bahwa kita semua sudah ditanami sebuah chip dalam tubuh. Dengan chip tersebut keberadaan kita mudah dilacak dan dikontrol oleh entah-siapa melalui para pengikutnya. Mereka akan "menghapus" orang-orang yang membangkang dan mengganjal langkah mereka dengan cara yang "halus" dan tertutup ataupun dengan sadis dan frontal. Bahkan, selain para pembangkang/penghambat langkah mereka, orang-orang yang useless juga akan "dihapus" setelahnya.
"Kekonyolan apa ini?" ejek seorang anak muda. Anak-anak muda yang lain pun ikut menimpali dan mereka melanjutkan ketawa-ketiwi gak jelasnya. Namun Maman tak patah semangat, dia mempunyai sebuah detector yang dapat mendeteksi keberadaan chip dalam tubuh manusia (bentuknya seperti metal detector yang terdapat di security, tapi di bagian atas detector ada layarnya yang bisa menunjukkan chip dalam tubuh, semacam tampilan jika menggunakan x-ray). Dia mencobakan alat itu pada beberapa anak muda. Untuk memperkuat argumennya, dia juga memberikan data beberapa anak muda yang dianggap sebagai pembangkang/pengganjal langkah entah-siapa telah hilang dan tak jelas kabar beritanya. Dari nama-nama anak muda yang hilang tersebut, ada beberapa nama yang mereka kenal dan memang sudah beberapa waktu tak pernah terlihat. Suasana mulai panik, anak-anak muda yang tadi sedang have fun mendadak kalang-kabut, lari kesana-kemari.

Aku dan beberapa teman sepertinya dapat melewati pengamanan ekstra ketat dari security markas entah-siapa dan mulai mengendap-endap di sebalik dinding. Bagaimana caranya? Tentu saja aku tak tahu, karena tiba-tiba scene sudah beranjak kesitu. Terlihat beberapa security berseliweran dengan sebuah kendaraan 1 penumpang berbentuk setengah kapsul secara vertikal yang melayang setengah meteran di atas permukaan lantai (benar-benar canggih). Terlihat juga seorang security yang standby di salah satu pintu. Maman menunjukkan daftar orang hilang ke hadapanku. Oh, ternyata kami kesitu hendak berusaha menyelamatkan beberapa teman yang ditawan dan mungkin belum "dihapus". Kami masih saja mengawasi dan belum bergerak karena belum ada celah. Sedang bingung mencari cara, tiba-tiba terlihat seorang cewek (sebut saja Mimin) berpakaian ala perawat (entah dari mana dapatnya) dengan rambut acak-acakan dan membawa boneka. "Itu teman kita!" ucapku mencoba pelan tapi terdengar agak lantang karena aku begitu senang dan terkejutnya. Dia sedang berpura-pura menjadi orang gila agar bisa melewati security?
"Gak ada cara penyamaran lain apa?" pikirku.
"Emang gak bakal ketahuan?" lanjutku.
Dan ternyata, security tersebut tertipu dan membiarkan Mimin lewat. Sesaat aku shocked melihat kekonyolan tersebut. Tapi, ada lega karena Mimin bisa menyelamatkan diri. Selamat? Ah, aku buru-buru menyimpulkan. Tak selang lama setelah Mimin melewati belokan di sebelah kiri security, security itu tersadar dan segera berteriak dan mengejar. Gerombolan orang segera datang dan mengikuti arah Mimin lari. Refleks aku muncul dari sebalik dinding mencoba menahan langkah mereka dan menyelamatkan Mimin. Tapi sepertinya aku kurang menarik perhatian. Kemunculanku tak dihiraukan oleh mereka yang sedang bersemangat mengejar Mimin. Aku dan Maman terdiam, lagi-lagi bingung akan bertindak apa.

Seorang pengejar Mimin menghentikan langkah, dia menengok ke arah kami. "Eh, dia kan (sebut saja) Pak Momon, salah satu temanku juga. Kenapa dia jadi pengikutnya entah-siapa?" Bukan saat yang tepat untuk memikirkan itu. Sekarang saatnya kami juga menyelamatkan diri. Belum beranjak pergi, Pak Momon mengancam akan "menghapus" kami setelah Mimin dapat ditemukan. Diapun segera berlari kembali mengikuti teman-temannya mengejar Mimin.

***

"Aku sudah tak kuat lari." Eluhku. Seorang penjagal membawa golok besar lari mengejar. Di depannya ada anjing buas yang begitu kesetanan mencari jejakku dan Maman. Untuk ke sekian kalinya kami limbung mencari tempat persembunyian. Akhirnya kami menemukan serupa bunker dalam tanah. Bentuknya segi empat dan agak menonjol dari permukaan tanah dimana ada celah di tiap sisinya yang bisa dimasuki manusia. Tak perlu lama mempertimbangkan, kami pun segera masuk. Bunker tersebut kotor dan ada sampah berserakan dan banyak sisa makanan. Kami berdua bisa sedikit bernafas lega dan istirahat sesaat.

Terlihat bayang-bayang manusia dan binatang dari celah bunker. "Mereka menemukan kita." Aku pasrah. Dan memang, segera setelah sekelebat bayangan terlihat, seorang bertubuh gempal masuk dalam bunker diikuti anjing liar. Maman ternyata menjadi target pertama.
"Crak!" golok tersebut mulus memotongkaki kanan Maman yang hendak lari menyelamatkan. Dia tersungkur, tapi tetap berusaha menghindar. Dan selanjutnya libasan golok tersebut mendarat di perut Maman dan Mamanpun menginggal.

Kali ini aku sudah tak sanggup lagi melawan. Aku menyerah. Tak ada guna lagi aku menghindar. Aku hanya terdiam menanti detik pengeksekusian.
"Jangan mudah menyerah. Berikhtiarlah!" Sebenarnya aku sudah ingin pasrah, tapi suara yang dari tiba-tiba muncul memaksaku mengerahkan sedikit tenaga yang tersiksa untuk berusaha. Bukan lari dari penjagal, tapi karena tak ingin tunduk dengan kebathilan.
Langkahku terasa sangat lamban, Tenagaku sudah terkuras habis-habisan. Aku menengok ke belakang, Penjagal tersebut sudah sangat dekat dengan pandangan. Begitu tinggal beberapa langkah di belakangku, ia segera mengangkat sebilah golok besar di tangan kanan. Seluruh tenaga dan emosinya seperti hendak tercurah semua. Sepersekian detik bilasan golok sudah dihempaskan dan....

***

Suara rekaman orang mengaji mengalun syahdu dari masjid dekat kosan. Mataku terbuka perlahan. Sejenak kubiarkan pikiranku mencerna apa yang baru saja "terjadi". Alhamdulillah, cuma mimpi. Kubangkitkan tubuh, kurapalkan doa. Sebuah senyum simpul tercipta. Ya, sebentar lagi saat itu tiba.

gambar diambil dari sini

Nongton Harpot 7 Part 2


Para penggemar film-film Hollywood tentu senang karena mereka bisa lagi melihat film-film kesukaannya diputar di bioskop-bioskop tanah air yang tentu saja maksud bioskop tanah air disini hanya untuk grup 21 dan Blitzmegaplex (untuk bioskop 'ecek-ecek' mah :nohope bisa mutar film-film keren kek Harry Potter 7 part 2, Transformers : Dark of The Moon, dll). Dalam hal ini mungkin aku tergolong orang cupu dan gak-gahol-banget-sich-loe karena masuknya film-film tersebut tak membuatku senang bukan kepalang. Biasa aja, malah cenderung gemas.

Seperti sudah diberitakan di beberapa media bahwa pada bulan Februari lalu, Ditjen Bea & Cukai Kementrian Keuangan RI menyingkap fakta bahwa ada tiga importir film yang melakukan pengemplangan terhadap bea masuk royalti film selama belasan tahun. Kewajiban membayar bea masuk itu sendiri sesuai dengan UU Pabean tahun 1996. Tiga importir itu diharuskan membayar tunggakan dan denda senilai 300 milyar rupiah. Sampai batas tanggal penagihan yakni 12 Maret lalu, hanya satu perusahaan impor film yang telah membayar. Pembayaran itu pun tidak seluruhnya, tapi hanya syarat untuk bisa naik banding dalam pengadilan pajak. Perusahaan ini adalah sebauah perusahaan yang biasa mengimpor film independen. Dua perusahaan lainnya dengan utang dan denda terbesar, yakni senilai 250 milyar rupiah, sampai hari ini tidak menunaikan kewajiban pembayaran itu. (Masih tentang Skandal Film Impor - Ilham Bintang)

Tindakan tegas Kemenkeu tersebut justru dapat kecaman keras dari para penggemar film Hollywood dan juga oleh Menbudpar, Zero Wacik (pura-pura typo). Dengan diblokirnya film Hollywood, para penggemar film akan kehilangan hiburan andalan dan importir film serta jaringan bioskop tanah air  akan mengalami penurunan income.

Tapi ternyata semakin kesini pada keterangan pers dikesankan pemerintah hendak "memalak", dan mengidentikkan langkah pemerintah sebagai perampasan hak rakyat untuk mendapatkan hiburan segar.(Go To Hell With Your Films - Ilham Bintang). Langkah "pencitraan" tersebut semakin berjalan mulus karena selama pemblokiran importir film -yang berdampak tak bisa masuknya film Hollywood anggota MPAA-, bioskop-bioskop tanah air hanya menayangkan film-film lokal -dengan kebanyakan tema hantu esek-esek- ditambah semakin dekatnya waktu penayangan beberapa film Hollywood yang paling ditunggu tahun ini, Harry Potter 7 part 2 dan Transformers : Dark of The Moon, sehingga para penggemar film menjadi geram. Pemerintah semakin terdesak karena tekanan dari beberapa pihak dan akhirnya beberapa hari lalu film-film tersebut diputar di bioskop tanah air melalui Omega Film (importir film yang dikesankan sebagai perusahaan impor baru yg datang dari luar Grup 21-sehingga tidak perlu membayar utang bea masuk- meski diisi oleh pemain lama atau pihak Grup 21). (Kebusukan Omega Film & 21 Group) 

Beberapa teman begitu sumringah karena sebentar lagi dapat menonton Harry Potter 7 part 2. Mereka segera mengantre tiket untuk dapat menonton. Beberapa dari mereka sudah menawariku untuk ikut nonton, tapi langsung kutolak. "Nunggu DVD bajakannya aja." ucapku.
"Jiah, kalau beli DVD bajakan sama aja gak bayar pajak juga." timpal seorang temanku.
"Gak papa gak bayar pajak sekian puluh ribu. Sama-sama ngemplang pajak -dengan besaran berbeda-, tapi merekapara importir film ngemplangnya buat mereka pribadi, kalau beli DVD bajakan kan duitnya buat rakyat kecil yang jual DVD-nya." jawabku sekenanya.

***

Sabtu siang aku chatting dengan temanku selagi motorku dicuci.
"Rif, ntar malam nonton Harpot yok. Kemarin aku udah beli 2 tiket tapi tadi pagi mendadak temanku ada perlu, jadi dia gak bisa nonton. Mau gak?" pesan temanku di tengah obrolan.
Awalnya aku ingin menolak. Aku sudah bertekad tak menonton beberapa film Hollywood di bioskop karena itu sama saja aku menyumbangkan sebagian uangku untuk para pengemplang pajak. Tapi, kasihan juga kalau temanku gak jadi nonton karena tak ada teman. Juga, dua lembar duit Rp100.000,00-annya yang buat beli tiket bakal terbuang (lebih) percuma.
Ehm, Harry Potter 7 part 2 3D? Di Blitzmegaplex GI? GRATIS?!
"Oke, aku mau."

Saturday, July 16, 2011

What a Shocking Night



Malam ini ada kejadian yang cukup membuat aku dan beberapa teman 'shocked'. Selepas menikmati diskon 75 % + 25 % *) di Izzi Pizza Menteng, aku dan 6 temanku masih asyik ngobrol di parkiran motor. Tak selang lama, ada rombongan mobil dan motor polisi yang menyuruh kendaraan di jalan depan Izzi Pizza untuk menepi, padahal jalan sebelum Izzi Pizza merupakan fly over dimana kebanyakan kendaraan yang melewati jalan tersebut memacu kecepatan tinggi, terutama saat di turunan. Untungnya dua mobil yang melaju cukup kencang berhasil disuruh minggir untuk memberi jalan kepada mobil yang dikawal. Kami penasaran juga ingin tahu siapa yang berada di dalam mobil kawalan itu. Ternyata, kata temanku yang mendekati jalan, mobil dan motor polisi itu sedang mengawal mobil RI 1 dan RI 2. Entah benar atau salah, aku juga tak begitu tahu, karena aku hanya melihat dari jarak yang tak begitu dekat. Mobil 'istimewa' itu pun melaju terlalu kencang untuk bisa jelas dipandang

Keadaan jalan kembali seperti semula. Mobil dan motor polisi sudah tidak terlihat beriringan. Kendaraan yang berlalu-lalang pun kembali hingar. Kami masih saja asyik mengobrol, tapi sekarang sudah beralih ke pinggir jalan. Tiba-tiba terdengar suara rem mendadak diikuti suara gesekan kendaraan, dan "brukk!" sebuah motor bebek jatuh. Pengemudi terlentang di jalan, sementara pembonceng dalam posisi tengkurap di tengah jalan, terdiam, mungkin sudah pasrah dengan apa yang akan terjadi kemudian. Kendaraan yang sempat kebut-kebutan serta-merta minggir dan coba menghindar. Dua penumpang sepeda motorpun dibawa ke pinggir jalan dan disuruh duduk, menenangkan pikiran. Polisi yang sedang bertugas di sekitar jalan itu segera mendekat dan bertindak.

Kecelakaan itu bermula dari sebuah taksi yang hendak ke tepi karena ada calon penumpang. Tapi, posisi taksi tersebut terlalu kanan dan sedang dalam kondisi menuruni jalan dengan kencang. Otomatis sopir taksi membelokkan taksi ke kiri dengan cukup tajam ke arah calon penumpang. Sebuah mobil x-over atau apa -akupun kurang begitu memperhatikan- yang berada di posisi belakang taksi mencoba menghindar ke arah kanan. Sayang di sebelah kanan sudah ada sebuah mobil -sepertinya panther- yang juga tak kalah kencang dan akhirnya kedua mobil tersebut mulai berdekatan dan nyaris berhimpitan. Malang bagi sepeda motor di belakangnya yang mencoba mencari celah diantara dua mobil itu. Motor tersebut tak bisa berkutik, dalam kondisi seperti itu pun rem takkan berfungsi dengan baik, maka bersentuhanlah motor itu dengan salah satu dari mobil itu, oleng, dan terjatuhlah.

Melihat kecelakaan  secara langsung seperti itu memang cukup mengagetkan kami, tapi sebenarnya ada yang lebih membuat lebih kaget lagi. Sesaat setelah melihat para polisi yang menyuruh kendaraan yang sedang melaju untuk minggir dan memberi jalan pada mobil pejabat, kami sempat berceloteh, "Wah, itu kan bahaya juga nyuruh berhenti mobil tiba-tiba. Tapi, sayangnya gak kecelakaan ya. Kalau kecelakaan kan keren, kita langsung jadi saksi mata." Entah apa yang sedang ada dalam pikiran hingga kata kami keterlaluan. Mungkin karena terlalu asyik bercanda hingga mulai berkata sekenanya. Entahlah, semua terucap begitu saja. Dan ternyata, tak butuh waktu lama, Tuhan segera mengabulkan apa yang kami 'minta'.

Gambar diambil dari sini 
*) berlaku s.d. 30 Juli, min. order 2 maincourses + drinks, pembayaran dengan debit/credit card

YOSA-

serupa membuka bungkus permen karet YOSAN
dan
berharap menemukan huruf 'N' di bagian dalam.
gambar diambil dari sini (hanya mendapatkan gambar yang terdapat huruf 'A' di bagian dalam)

Thursday, July 14, 2011

tengah-terengah

angan terkadang begitu payah,
'biarkanku terengah-engah,
mengikuti segala polah,
membayangmu terlalu parah.

gambar diambil dari sini

Thursday, June 30, 2011

Dialog Hujan



Aku : tok tok tok, assalamu’alaykum.
Kamu is online.
Kamu : wa’alaykumsalam warahmatullah.
Aku : pasti seneng ni hujan turun.
Kamu : eh, hujan ya? bentar kulihat.
Aku : emang gak keliatan dari ruanganmu ya?
Sent at 01:18 PM on Tuesday
Kamu : Allahumma shoyyiban naafi’aa (Ya Allah, turunkanlah pada kami hujan yang bermanfaat). 
Aku : jiah, langsung diganti tagline-nya -,-
Kamu : ruanganku di tengah dan jendelanya ditutup tirai, jadi gak keliatan.
Kamu : ish, itu doa. hujan kan karunia Tuhan, masak tak kita acuhkan :P 

***

Gerimis kali ini datang, perlahan, dan mampu menyejukkan. Sungguh berbeda dengan hujan deras kemarin siang, datang tiba-tiba, tapi berlalu dengan segera.

Kulepaskan pandangan ke sekitar, ada ojek payung yang berdendang riang, seorang ibu yang mendekap anaknya memberi kehangatan. Di pinggir jalan terlihat sepasang muda-mudi berlari mencari tempat berteduh yang nyaman. Tak lupa sang pria membentangkan jaketnya untuk melindungi mereka berdua. Bukan pelindung hujan yang sempurna tentunya, tapi setidaknya ada sebagian yang tak terbasahkan. Ada pula seorang pedagang kaki lima yang mengeluh  karena dagangan yang baru ia gelar terpaksa dimasukkan. Di seberang terlihat sesosok perempuan dengan payung yang baru ia bentang. Sepertinya hujan kali ini telah ia perkirakan. Tubuhnya cukup terlindung tapi mukanya terlihat murung. Andai saja ada lelaki di sebelah yang memegangkan payung untuknya, mungkin lain cerita.

Tiba-tiba aku teringat saat kecilku, saat ksatria baja hitam dan pendekar rajawali masih menjadi tontonan andalan, saat game watch menjadi mainan kesukaan, dan saat aku dan kawan-kawan suka bermain bola di depan sekolahan.

Hampir tiap sore kami bermain bola plastik dengan kaki telanjang. Hujan yang kadang datangpun tak kami hiraukan. Seperti sore ini, saat hujan deras datang menemani. Tanah lapang yang tak besar dan tak merata rumputnya membuat lumpur berpolah dimana-mana. Sesekali kami bertabrakan, beberapa kali kami jatuh, dan berkali-kali kami mengotori dinding sekolah dari bola yang ditendang. Awalnya penjaga sekolah yang tinggal di sebelah kantin tak memedulikan. Dan kami masih terus menggila dengan bola.
Brakkk!” tendanganku kali ini tepat meluncurkan bola ke kaca jendela rumah penjaga. Tak pecah sepertinya. Kami terdiam beberapa saat dan ragu untuk mendekat. Perlahan kuberanikan diri untuk maju, selangkah dua langkah masih aman, dan sebelum langkah selanjutnya terbentuk, tiba-tiba pintu rumah terbuka dan muncul sosok penjaga yang kalap dibuatnya. Dia berteriak murka, memarahi kami tak tau diri. Kemarahannya kali ini seperti tak terkendali. Di tangan kanannya dipegang sebilah pisau besar. Entah karena baru membantu istri di dapur atau apa, tapi tindakannya membuat kami tak berani bermain bola esok hari.
Gak main bola ama temen-temen?” tanya emak keheranan.
Gak, mak, pengen di rumah saja.” kujawab dengan sedikit senyuman.
Emak sumringah melihat tingkah baik anaknya. Aku terdiam pasrah tak berani  bermain bola.

Gerimis masih setia menemani. Orang-orang di sekitar telah beraneka macam menanggapi. Ada yang senang, ada yang sedih, ada yang biasa, dan ada yang mencaci. Sementara aku masih terdiam, belum menentukan pilihan.

***

Aku : hujan gini jadi males ngapa-ngapain.
Kamu : malas itu temennya setan lho :)
Aku : iya, bu ustadzah :P
Kamu : tadi darimana? kok keujanan?
Aku : tadi pulang ke kosan ngambil flashdisk yang ketinggalan.  kok kamu tau aku keujanan?
Kamu : kan kamu tulis di tagline-mu -,-
Aku : oh, iyaya, gubrak.
Sent at 01.29 PM on Wednesday
Kamu : menurutmu, tadi air hujan yang membasahi itu sebelumnya air apa?
Aku : hm?
Kamu : kan air hujan berasal dari macam-macam air, ada air laut, air sungai, air danau, air kolam, air parit, bahkan air comberan. kalau tadi yang basahin kamu itu air comberan, gimana coba?
Aku : ngekk. ada-ada aja kamu ini.
Aku : aku tak peduli apapun asalnya, seperti apa ia sebelumnya, yang kutahu air hujan tadi adalah air hujan yang menyejukkan :P

***

Hujan adalah bagian dari proses kehidupan. Dia satukan berbagai macam air permukaan, tanpa membedakan. Dan saat datang, dia kan bawa kesejukan. Meski terkadang tak diharapkan, semua itu takkan lepas dari rencana Tuhan.

***

Aku : kamu aktif ngeblog ya? isinya cukup menarik.
Kamu : kamu bukannya punya blog juga?
Aku : iya, tapi jarang update.
Kamu : pasti karena males?
Aku : :D
Kamu : nulis lagi gih.
Aku : iya, nanti kalau hujan bulan Juni.
Kamu : kenapa mesti nunggu hujan?

***

tak ada yang lebih tabah
dari hujan bulan Juni
dirahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu

tak ada yang lebih bijak
dari hujan bulan Juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan itu

tak ada yang lebih arif
dari hujan bulan Juni
dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon bunga itu *)

***

Kali ini mendung datang lagi. Entah mendung ke berapa di bulan ini. Mendung yang lalu sekedar berapa saat menghias, lalu terhempas, tanpa bekas. Kecewa mungkin ada, tak sesuai harap mungkin sebabnya. Dan ternyata, mendung kali ini pun sama seperti mendung sebelumnya. Tak berlanjut dengan hujan. Sekali lagi aku dikecewakan. Atau mungkin, sekali lagi harapku berlebihan.

***

Kamu : ih, lebay, ditulis di tagline segala kalau lagi nunggu hujan bulan Juni -,-
Aku : hahahaha.
Kamu : kalau hujannya gak turun-turun, kamu gak nulis-nulis dong?
Aku : Tuhan akan datangkan ia saat tepat masanya.
Sent at 09.02 AM on Monday
Kamu : kamu bakal tetap menanti?
Aku : iya.
Kamu : menanti itu gak enak :(
kamu@gmail.com is offline and can't receive messages right now.

***

Menanti tak sekedar tentang jarak dan waktu, tapi juga tentang percaya. Percaya bahwa penantiannya takkan sia-sia, percaya ia akan tiba tepat masanya, atau setidaknya, percaya bahwa apapun hasil penantiannya, itu yang terbaik adanya.

***

Kamu : Setia - Jikustik 
Aku : wuih, lagunya. emang lagi hujan?
Kamu : iya, akhirnya dia datang :D
Kamu : eh, mana janjimu buat nulis?
Aku : kan dia belum menyapaku :P

***

Deras hujan yang turun
Mengingatkanku pada dirimu
Aku masih disini untuk setia

Selang waktu berganti
Aku tak tahu engkau dimana
Tapi aku mencoba untuk setia

Sesaat malam datang
Menjemput kesendirianku
Dan bila pagi datang
Kutahu kau tak disampingku

Aku masih disini untuk setia  **)

***

Akhirnya dia tiba, hujan bulan Juni yang dinanti. Aku masih terlelap saat ia menyapa hangat. Pagi ini masih bisa kusesapi sisa sejuknya. Melihat langit, tak akan kutemukan pelangi disana. Sementara untuk hujan siang haripun ia belum tentu ada. Segera kulajukan motor tuk mengejar waktu. Memang, tak kulihat ada pelangi, tapi kulihat ada engkau, berdiri menanti.

(pagi hari, 28 Juni 2011) 

Terinspirasi oleh hujan bulan Juni, lagu setia, dan kamu yang masih bertahan di ruang penantian. 

*) Hujan Bulan Juni - Sapardi Djoko Damono
**) Setia - Jikustik
***) Gambar diambil dari sini

Sunday, June 26, 2011

Masa (?)



waktu terasa (lebih) cepat saat ia sudah terlewat.


gambar diambil dari sini

Thursday, June 23, 2011

uh.....

hati gaduh,
rindu bergemuruh,
akal luluh,
setan bersorak riuh.
 
 gambar diambil dari sini