"Depopulation should be the highest priority of foreign policy towards the third world..." - Henry Kissinger
Beberapa waktu lalu aku cukup getol baca novel-novel tentang New World Order (NWO). Cukup membuat mataku terbelalak dan agak parno juga. Bundaran HI kalau dilihat dari atas berbentuk Mata Horus (all seeing eye) salah satu simbol Mesir kuno yang digunakan oleh illuminati sebagai lambang bahwa mereka dapat melihat dan mengontrol semua manusia di dunia. Makanan yang dijual di pasaran kebanyakan menggunakan MSG -dengan berbagai macam namanya- yang secara perlahan dapat menyebab kerusakan pada jaringan otak dan tubuh. Pemberitaan media dunia yang sudah melalui penyortiran dari entah-siapa sehingga tayangan-tayangan yang berdampak buruk bagi beberapa golongan akan ditutupi dan tayangan yang memojokkan Islam dsb akan dibesar-besarkan sementara untuk penindasannya (seperti yang terjadi di Palestina) akan diputar-balikkan. Film, serial TV, serta lirik & video klip lagu yang disisipi simbol-simbol masonic dan subliminal message dengan tujuan brain-washing sehingga saat tiba kemunculan Dajjal di muka bumi, manusia telah "siap" menjadi pengikutnya. dan lain sebagainya.
Ya, itu beberapa waktu lal, bukan akhir-akhir ini. Maka aku cukup heran ketika tadi malam aku bermimpi serupa kejadian menjelang akhir dunia yang menurutku mirip dengan salah satu agenda NWO. Mungkin itu hanya imajinasi dan sebagian adegan dalam mimpi yang masih kuingat agak lebay dan terpengaruh adegan di film-film. Adegan dalam mimpi jelas tak sama persis dengan apa yang akan kuceritakan. Tapi, sebisa mungkin kutulis dengan tidak mengubah esensi yang aku ingat.
Di salah satu adegan mimpiku, tampak keramaian anak-anak muda lagi asik kumpul-kumpul, ketawa-ketiwi gak jelas dengan pakaian khas anak muda jaman sekarang, makan, minum, dll. Tiba-tiba ada seseorang anak muda (sebut saja Maman) yang bilang bahwa kita semua sudah ditanami sebuah chip dalam tubuh. Dengan chip tersebut keberadaan kita mudah dilacak dan dikontrol oleh entah-siapa melalui para pengikutnya. Mereka akan "menghapus" orang-orang yang membangkang dan mengganjal langkah mereka dengan cara yang "halus" dan tertutup ataupun dengan sadis dan frontal. Bahkan, selain para pembangkang/penghambat langkah mereka, orang-orang yang useless juga akan "dihapus" setelahnya.
"Kekonyolan apa ini?" ejek seorang anak muda. Anak-anak muda yang lain pun ikut menimpali dan mereka melanjutkan ketawa-ketiwi gak jelasnya. Namun Maman tak patah semangat, dia mempunyai sebuah detector yang dapat mendeteksi keberadaan chip dalam tubuh manusia (bentuknya seperti metal detector yang terdapat di security, tapi di bagian atas detector ada layarnya yang bisa menunjukkan chip dalam tubuh, semacam tampilan jika menggunakan x-ray). Dia mencobakan alat itu pada beberapa anak muda. Untuk memperkuat argumennya, dia juga memberikan data beberapa anak muda yang dianggap sebagai pembangkang/pengganjal langkah entah-siapa telah hilang dan tak jelas kabar beritanya. Dari nama-nama anak muda yang hilang tersebut, ada beberapa nama yang mereka kenal dan memang sudah beberapa waktu tak pernah terlihat. Suasana mulai panik, anak-anak muda yang tadi sedang have fun mendadak kalang-kabut, lari kesana-kemari.
Aku dan beberapa teman sepertinya dapat melewati pengamanan ekstra ketat dari security markas entah-siapa dan mulai mengendap-endap di sebalik dinding. Bagaimana caranya? Tentu saja aku tak tahu, karena tiba-tiba scene sudah beranjak kesitu. Terlihat beberapa security berseliweran dengan sebuah kendaraan 1 penumpang berbentuk setengah kapsul secara vertikal yang melayang setengah meteran di atas permukaan lantai (benar-benar canggih). Terlihat juga seorang security yang standby di salah satu pintu. Maman menunjukkan daftar orang hilang ke hadapanku. Oh, ternyata kami kesitu hendak berusaha menyelamatkan beberapa teman yang ditawan dan mungkin belum "dihapus". Kami masih saja mengawasi dan belum bergerak karena belum ada celah. Sedang bingung mencari cara, tiba-tiba terlihat seorang cewek (sebut saja Mimin) berpakaian ala perawat (entah dari mana dapatnya) dengan rambut acak-acakan dan membawa boneka. "Itu teman kita!" ucapku mencoba pelan tapi terdengar agak lantang karena aku begitu senang dan terkejutnya. Dia sedang berpura-pura menjadi orang gila agar bisa melewati security?
"Gak ada cara penyamaran lain apa?" pikirku.
"Emang gak bakal ketahuan?" lanjutku.
Dan ternyata, security tersebut tertipu dan membiarkan Mimin lewat. Sesaat aku shocked melihat kekonyolan tersebut. Tapi, ada lega karena Mimin bisa menyelamatkan diri. Selamat? Ah, aku buru-buru menyimpulkan. Tak selang lama setelah Mimin melewati belokan di sebelah kiri security, security itu tersadar dan segera berteriak dan mengejar. Gerombolan orang segera datang dan mengikuti arah Mimin lari. Refleks aku muncul dari sebalik dinding mencoba menahan langkah mereka dan menyelamatkan Mimin. Tapi sepertinya aku kurang menarik perhatian. Kemunculanku tak dihiraukan oleh mereka yang sedang bersemangat mengejar Mimin. Aku dan Maman terdiam, lagi-lagi bingung akan bertindak apa.
Seorang pengejar Mimin menghentikan langkah, dia menengok ke arah kami. "Eh, dia kan (sebut saja) Pak Momon, salah satu temanku juga. Kenapa dia jadi pengikutnya entah-siapa?" Bukan saat yang tepat untuk memikirkan itu. Sekarang saatnya kami juga menyelamatkan diri. Belum beranjak pergi, Pak Momon mengancam akan "menghapus" kami setelah Mimin dapat ditemukan. Diapun segera berlari kembali mengikuti teman-temannya mengejar Mimin.
***
"Aku sudah tak kuat lari." Eluhku. Seorang penjagal membawa golok besar lari mengejar. Di depannya ada anjing buas yang begitu kesetanan mencari jejakku dan Maman. Untuk ke sekian kalinya kami limbung mencari tempat persembunyian. Akhirnya kami menemukan serupa bunker dalam tanah. Bentuknya segi empat dan agak menonjol dari permukaan tanah dimana ada celah di tiap sisinya yang bisa dimasuki manusia. Tak perlu lama mempertimbangkan, kami pun segera masuk. Bunker tersebut kotor dan ada sampah berserakan dan banyak sisa makanan. Kami berdua bisa sedikit bernafas lega dan istirahat sesaat.
Terlihat bayang-bayang manusia dan binatang dari celah bunker. "Mereka menemukan kita." Aku pasrah. Dan memang, segera setelah sekelebat bayangan terlihat, seorang bertubuh gempal masuk dalam bunker diikuti anjing liar. Maman ternyata menjadi target pertama.
"Crak!" golok tersebut mulus memotongkaki kanan Maman yang hendak lari menyelamatkan. Dia tersungkur, tapi tetap berusaha menghindar. Dan selanjutnya libasan golok tersebut mendarat di perut Maman dan Mamanpun menginggal.
Kali ini aku sudah tak sanggup lagi melawan. Aku menyerah. Tak ada guna lagi aku menghindar. Aku hanya terdiam menanti detik pengeksekusian.
"Jangan mudah menyerah. Berikhtiarlah!" Sebenarnya aku sudah ingin pasrah, tapi suara yang dari tiba-tiba muncul memaksaku mengerahkan sedikit tenaga yang tersiksa untuk berusaha. Bukan lari dari penjagal, tapi karena tak ingin tunduk dengan kebathilan.
Langkahku terasa sangat lamban, Tenagaku sudah terkuras habis-habisan. Aku menengok ke belakang, Penjagal tersebut sudah sangat dekat dengan pandangan. Begitu tinggal beberapa langkah di belakangku, ia segera mengangkat sebilah golok besar di tangan kanan. Seluruh tenaga dan emosinya seperti hendak tercurah semua. Sepersekian detik bilasan golok sudah dihempaskan dan....
***
Suara rekaman orang mengaji mengalun syahdu dari masjid dekat kosan. Mataku terbuka perlahan. Sejenak kubiarkan pikiranku mencerna apa yang baru saja "terjadi". Alhamdulillah, cuma mimpi. Kubangkitkan tubuh, kurapalkan doa. Sebuah senyum simpul tercipta. Ya, sebentar lagi saat itu tiba.
gambar diambil dari sini
No comments:
Post a Comment