Efek galau yang bisa saja dirasa saat itu (seperti biasa) yang akhirnya mendorongku untuk menghidupkan laptop dan membuat sebuah video dengan diiringi potongan-potongan beberapa musikalisasi puisi tersebut.
Diam, sebuah kata yang terlalu akrab dengan orang-orang yang acapkali ragu bertindak. Ya, meski harap memang bisa menjadi kekuatan yang hebat, jika saatnya tepat, tentu bukan setiap saat. Menarikku untuk menjadi bagian utama dari rangkai kata di video pembuka yang kuberi nama reda(m). Selintas kata reda, mengingatkan pada hujan dimana tahun lalu aku pernah membuat sebuah video Dialog Hujan. Aku pribadi tak meniatkan video ini menjadi sebuah kelanjutan/bagian ke-2 dari Dialog Hujan, meski isinya masih ada keterkaitan. Kalau pun musti dihubungkan, aku anggap ini sebagai Dialog Hujan 1.5 atau sekedar intermezzo.
Bercerita tentang Dialog Hujan, kembali menyentilku untuk kembali ingat bahwa aku pernah berencana membikin kelanjutan Dialog Hujan, sudah ada beberapa gambaran tentang kelanjutan, meski sampai sekarang aku belum juga membuatnya. Ah, memang kebiasaan untuk membiarkan ide-ide terlantar dan akhirnya tak diwujudkan. Begitu juga dengan video reda(m) ini yang setelah sebulan lebih berlalu dari video opening-nya, sampai sekarang belum ku lanjutkan untuk membikin bagian-bagian yang lain dan menyelesaikan. Dan sekarang, aku tetap saja memilih untuk berdiam.
"Dalam suatu ihwal, diam bukan sebaik-baik pilihan. Karena seberapa pun hebat, ia sekedar menenangkan, bukan menyelesaikan."
/ini buatnya pake apa kak?moviemaker?
ReplyDelete